Nama : Nadiyah Hidayati
Nim : 12153892
Kelas : 12.4A.35
Tugas Pertemuan 1 Pengantar
Manajemen Proyek Sistem Informasi
Buatlah
metodologi manajemen proyek disertai penjelasannya
1.
Metodologi The
Traditional Approach
2.
Metodologi
Rational Unified Process
3.
Metodologi
Critical Chain
Jawab :
1.
Metodologi The Traditional Approach
Disebut juga pengembangan Pendekatan
Tradisional (traditional approach)
atau Pendekatan konvensional (convensional
approach). Metodologi Pendekatan Klasik mengembangkan sistem dengan mengikuti
tahapan pada system life cycle. Pendekatan ini menekankan
bahwa pengembangan sistem akan berhasil bila mengikuti tahapan pada system life cycle. Tetapi pada kenyataannya pendekatan klasik tidak cukup
digunakan untuk mengembangkan suatu sistem informasi yang sukses dan akan
timbul beberapa permasalahan diantaranya adalah :
a.
Pengembangan
perangkat lunak menjadi sulit
Pendekatan klasik kurang memberikan
alat-alat dan teknik-teknik di dalam mengembangkan sistem dan sebagai akibatnya
proses pengembangan perangkat lunak menjadi tidak terarah dan sulit untuk
dikerjakan oleh pemrogram. Lain halnya dengan pendekatan terstruktur yang
memberikan alat-alat seperti diagram arus data (data flow diagram), kamus data
(data dictionary), tabel keputusan (decision table), diagram IPO, bagan
terstruktur (structured chart) dan lain sebagainya yang memungkinkan
pengembangan perangkat lunak lebih terarah berdasarkan alat-alat dan
teknik-teknik tersebut.
b.
Biaya
perawatan atau pemeliharaan sistem menjadi lebih mahal
Mahalnya biaya perawatan pada
pendekatan sistem klasik disebabkan karena dokumentasi sistem yang dikembangkan
kurang lengkap dan kurang terstruktur. Dokumentasi ini merupakan hasil dari
alat-alat dan teknik-teknik yang digunakan. Karena pendekatan klasik kurang
didukung oleh alat-alat dan teknik-teknik, maka dokumentasi menjadi tidak
lengkap dan walaupun ada tetapi strukturnya kurang jelas, sehingga pada waktu
pemeliharaan sistem menjadi kesulitan.
c.
Kemungkinan
kesalahan sistem besar
Pendekatan klasik tidak menyediakan
kepada analis sistem cara untuk melakukan pengetesan sistem, sehingga
kemungkinan kesalahan-kesalahan sistem akan menjadi lebih besar.
d.
Keberhasilan
sistem kurang terjamin
Penekanan dari pendekatan klasik
adalah kerja dari personil-personil pengembang sistem, bukan pada pemakai
sistem, padahal sekarang sudah disadari bahwa dukungan dan pemahaman dari
pemakai sistem terhadap sistem yang sedang dikembangkan merupakan hal yang
vital untuk keberhasilan proyek pengembangan sistem pada akhirnya.
2.
Metodologi Rational Unified Process
RUP
merupakan singkatan dari Rational Unified Process, adalah suatu kerangka kerja
proses pengembangan perangkat lunak iteratif yang dibuat oleh Rational Software, suatu divisi dari IBM
sejak 2003. RUP bukanlah suatu proses tunggal dengan aturan yang konkrit,
melainkan suatu kerangka proses yang dapat diadaptasi dan dimaksudkan untuk
disesuaikan oleh organisasi pengembang dan tim proyek perangkat lunak yang akan
memilih elemen proses sesuai dengan kebutuhan mereka.
RUP
menggunakan konsep object oriented, dengan aktifitas yang berfokus pada
pengembangan model dengan menggunakan Unified Model Language(UML). Melalui
gambar dibawah dapat dilihat bahwa RUP memiliki, yaitu:
Dimensi pertamata gambarkan secara horizontal. Dimensi ini mewakili
aspek-aspek dinamis dari pengembangan perangkat lunak. Aspek ini dijabarkan
dalam tahapan pengembangan atau fase. Setiap fase akan memiliki suatu major
milestoneyang menandakan akhir dari awal dari phase selanjutnya. Setiap fase
dapat berdiri dari satu beberapa iterasi. Dimensi ini terdiri atas
Inception, Elaboration, Construction, dan Transition.
Dimensi kedua digambarkan secara vertikal. Dimensi ini mewakili
aspek-aspek statis dari proses pengembangan perangkat lunak yang dikelompokkan
ke dalam beberapa disiplin. Proses pengembangan perangkat lunak yang dijelaskan
kedalam beberapa disiplin terdiri dari empat elemen penting, yakni who is
doing, what, how dan when.
Dimensi ini terdiri atas:
Business Modeling, Requirement, Analysis and
Design, Implementation, Test, Deployment, Configuration dan Change
Manegement, Project Management, Environtment.
Pada penggunaan kedua standard tersebut diatas
yang berorientasi obyek (Object Oriented) memiliki manfaat yakni:
1.
improve productivity
standard ini dapat memanfaatkan kembali komponen-komponen yang
telah tersedia atau dibuat sehingga dapat meningkatkan produktifitas.
2.
Deliver hight quality system
kualitas sistem dapat informasi dapat ditingkatkan sebagai
sistem yang telah dibuat pada komponen-komponen yang telah teruji (well-tested
dan well-proven) sehingga dapat mempercepat delivery sistem informasi yang
telah dibuat dengan kualitas yang tinggi.
3.
Lower maintenance cost
Standard ini dapat
membantu untuk meyakinkan dampak perubahan yang teralokasi dan masalah dapat
dengan mudah terdeteksi sehingga hasilnya biaya pemeliharaan dapat dioptimalkan
atau lebih rendah dengan pengembangan informasi tanpa standar yang jelas.
4.
Facilitate reuse
Standard ini memiliki
kamampuan yang mengembangkan komponen-komponen yang dapat digunakan kembali
untuk pengembangan aplikasi yang lainnya.
5.
Manage complexity
Standard ini mudah
untuk mengatur dan monitor semua proses dari semua tahapan yang ada sehingga
suatu pengembangan sistem informasi yang amat kompleks dapat dilakukan dengan
aman sesuai dengan harapan semua manager proyek IT/IS yakni deliver good
quality software within cost and schedule time and the users accepted.
Fase RUP
1. Inception/insepsi
a. Menentukan Ruang
lingkup proyek
b. Membuat 'Business
Case'
c. Menjawab pertanyaan
'apakah yang dikerjakan dapat menciptakan 'good business sense' sehingga proyek
dapat dilanjutkan
2. Elaboration/elaborasi
a. Menganalisa
berbagai persyaratan dan resiko
b. Menetapkan 'Base
line'
c. Merencanakan fase
berikutnya yaitu construction
3. Construction/kontruksi
a. Melakukan sederetan
iterasi
b. Pada setiap iterasi
akan melibatkan prose berikut : analisa desain, implementasi dan testing
4. Transition/Transisi
a. Membuat apa yang
sudah dimodelkan menjadi suatu produk jadi
b. Dalam fase ini
dilakukan:
- Beta dan performance
testing
- Membuat
dokumentasi tambahan seperti: training, user guide dan sales kit
- Membuat
rencana peluncuran produk ke komunitas pengguna
Peran Use Case Pada Setiap Fase
- inception
- Menolong mengembangkan scope proyek
- Menolong menetapkan penjadwalan dan anggaran
2. Elaboration
- Menolong dalam melakukan analisa resiko
- Menolong mempersiapkan fase berikutnya yaitu konstruksi
3. Construction
- Melakukan sederetan iritasi
- Pada setiap iterasi akan melibatkan proses berikut: analisa desain, implementasi dan testing
4. Transition
- Membuat apa yang sudah dimodelkan menjadi suatu produk jadi
- Dalam fasi ini dilakukan:
a. Beta dan
performance testing
b. Membuat
dokumentasi tambahan seperti: training, user guide dan sales kit
c. Membuat
rencana peluncuran produk ke komunitas pengguna
Penerapan Tahapan Metodologi
Pengembangan Lunak dengan Menggunakan RUP (Contoh Kasus)
Metodologi Rational Unified
Process (RUP). Metode RUP merupakan metode pengembangan kegiatan yang
berorientasi pada proses. Dalam metode ini, terdapat empat tahap pengembangan
perangkat lunak yaitu:
1. inception
Pada
tahap ini pengembang mendefinisikan batasan kegiatan, melakukan analisis
kebutuhan user , dan melakukan perancangan awal perangkat lunak (perancangan
arsitektural dan user case). Pada akhir fase ini, prototipe perangakat lunak
versi Alpha harus
sudah dirilis.
2. Elaboration
Pada tahap ini dilakukan perancangan
perangkat lunak mulai dari menspesifikan fitur perangkat lunak hingga perilisan
prototipe versi Betha dari perangkat lunak.
3. Contruction
Pengimplentasian rancangan perangkat lunak yang telah dibuat dilakukan pada tahap ini. Pada akhir tahap ini, perangkat lunak versi akhir yang sudah disetujui administrator dirilis beserta dokumentasi perangkata lunak.
Pengimplentasian rancangan perangkat lunak yang telah dibuat dilakukan pada tahap ini. Pada akhir tahap ini, perangkat lunak versi akhir yang sudah disetujui administrator dirilis beserta dokumentasi perangkata lunak.
4. Transition
Instalasi, deployment dan sosialisasi perangkat lunak dilakukan pada tahap ini.
Instalasi, deployment dan sosialisasi perangkat lunak dilakukan pada tahap ini.
3.
Metodologi Critical Chain
Critical
Chain Project Management (CCPM) adalah suatu metode penjadwalan baru yang dapat
menjadi suatu alternatif baru sebagai solusi dari permasalahan tersebut.
Sebenarnya CCPM tidak semata-mata melakukan penjadwalan proyek seperti yang
dilakukan oleh CPM / PERT tetapi juga melakukan pendekatan manajemen. Semua ini
bisa ditempuh dengan cara menghilangkan multitasking, student syndrome,
parkinsons law serta memberi buffer di waktu akhir proyek. Penelitian ini
bertujuan untuk menerapkan metode CCPM tersebut.
Contoh
penerapan metodelogi ini bisa dilihat pada proyek The Grove Apartement, Retail
and Mediawalk Jakarta yang tengah berjalan. Penjadwalan awal proyek menggunakan
metode penjadwalan tradisional berupa gantt chart yang kemudian dibreakdown
lebih detai ldan lengkap dengan hubungan antar aktivitasnya ke dalam bentuk CPM
(Critical Path Method), dan kemudian akan dibandingkan dengan hasil dari
penjadwalan CCPM yang telah menghilangkan multitasking, menghilangkan safety
time pada tiap aktivitas dan memberi buffer dalam pengerjaannya. Selanjutnya
perhitungan dengan metode penjadwalan CPM (Critical Path Method) dan CCPM
(Critical Chain Project Management) akan dibandingkan menurut segi waktu dan
segi biayanya. Dari hasil penelitian ini didapatkan durasi waktu dengan
menggunakan metode penjadwalan CCPM adalah 304 hari. Sedangkan pada CPM
didapatkan durasi 389 hari. Dari segi biaya, CCPM mampu menghemat biaya
sedikitnya 2,1 milyar rupiah. Ini berarti metode penjadwalan CCPM lebih
menguntungkan untuk diterapkan di proyek ini dari pada penjadwalan CPM.
CCPM adalah metode penjadwalan dan pengendalian proyek
yang dikembangkan dari sebuah metodelogi yang disebut Theory of Constraint (TOC).
CCPM tampil untuk menawarkan sejumlah keuntungan atas metode penjadwalan
lainnya. Indikator-indikatoryang digunakan
untuk mengembangkan penjadwalan dengan metode CCPM adalah
hubungan keterkaitan antar pekerjaan, kendala sumberdaya, waktu safety, perubahan durasidengan 50%
probabilitas, Project Buffer dan, Feeding Buffer.
Pada
penelitian ini penerapan metode Critical Chain Project Management dilakukan pada
penjadwalan proyek PLTA Peusangan – Aceh
Tengah, yang sebelumnya telah memiliki penjadwalan dengan metode Critical Path.
Hasil penerapan tersebut ternyata terbukti dapat mengoptimalisasi jadwal dengan
waktu penyelesaian proyek yang lebih cepat 8 bulan dari waktu rencana karena
dapat menghilangkan waktu tunggu dan mengendalikan waktu pengaman pada setiap
pekerjaan dengan feeding buffer dan project buffer.
Gambar I.1 Freeding Buffer dan Project Buffer
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar