Rabu, 26 April 2017

Tugas Pertemuan 1 PMPSI



Nama   : Nadiyah Hidayati
Nim     : 12153892
Kelas   : 12.4A.35

Tugas Pertemuan 1 Pengantar Manajemen Proyek Sistem Informasi
Buatlah metodologi manajemen proyek disertai penjelasannya
1.      Metodologi The Traditional Approach
2.      Metodologi Rational Unified Process
3.      Metodologi Critical Chain

Jawab :
1.            Metodologi The Traditional Approach
Disebut juga pengembangan Pendekatan Tradisional (traditional approach) atau Pendekatan konvensional (convensional approach). Metodologi Pendekatan Klasik mengembangkan sistem dengan mengikuti tahapan pada system life cycle. Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan sistem akan berhasil bila mengikuti tahapan pada system life cycle. Tetapi pada kenyataannya pendekatan klasik tidak cukup digunakan untuk mengembangkan suatu sistem informasi yang sukses dan akan timbul beberapa permasalahan diantaranya adalah :
a.       Pengembangan perangkat lunak menjadi sulit
Pendekatan klasik kurang memberikan alat-alat dan teknik-teknik di dalam mengembangkan sistem dan sebagai akibatnya proses pengembangan perangkat lunak menjadi tidak terarah dan sulit untuk dikerjakan oleh pemrogram. Lain halnya dengan pendekatan terstruktur yang memberikan alat-alat seperti diagram arus data (data flow diagram), kamus data (data dictionary), tabel keputusan (decision table), diagram IPO, bagan terstruktur (structured chart) dan lain sebagainya yang memungkinkan pengembangan perangkat lunak lebih terarah berdasarkan alat-alat dan teknik-teknik tersebut.
b.      Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem menjadi lebih mahal
Mahalnya biaya perawatan pada pendekatan sistem klasik disebabkan karena dokumentasi sistem yang dikembangkan kurang lengkap dan kurang terstruktur. Dokumentasi ini merupakan hasil dari alat-alat dan teknik-teknik yang digunakan. Karena pendekatan klasik kurang didukung oleh alat-alat dan teknik-teknik, maka dokumentasi menjadi tidak lengkap dan walaupun ada tetapi strukturnya kurang jelas, sehingga pada waktu pemeliharaan sistem menjadi kesulitan.
c.       Kemungkinan kesalahan sistem besar
Pendekatan klasik tidak menyediakan kepada analis sistem cara untuk melakukan pengetesan sistem, sehingga kemungkinan kesalahan-kesalahan sistem akan menjadi lebih besar.
d.      Keberhasilan sistem kurang terjamin
Penekanan dari pendekatan klasik adalah kerja dari personil-personil pengembang sistem, bukan pada pemakai sistem, padahal sekarang sudah disadari bahwa dukungan dan pemahaman dari pemakai sistem terhadap sistem yang sedang dikembangkan merupakan hal yang vital untuk keberhasilan proyek pengembangan sistem pada akhirnya.

2.            Metodologi Rational Unified Process
RUP merupakan singkatan dari Rational Unified Process, adalah suatu kerangka kerja proses pengembangan perangkat lunak iteratif yang dibuat oleh Rational Software, suatu divisi dari IBM sejak 2003. RUP bukanlah suatu proses tunggal dengan aturan yang konkrit, melainkan suatu kerangka proses yang dapat diadaptasi dan dimaksudkan untuk disesuaikan oleh organisasi pengembang dan tim proyek perangkat lunak yang akan memilih elemen proses sesuai dengan kebutuhan mereka.
RUP menggunakan konsep object oriented, dengan aktifitas yang berfokus pada pengembangan model dengan menggunakan Unified Model Language(UML). Melalui gambar dibawah dapat dilihat bahwa RUP memiliki, yaitu:
Dimensi pertamata gambarkan secara horizontal. Dimensi ini mewakili aspek-aspek dinamis dari pengembangan perangkat lunak. Aspek ini dijabarkan dalam tahapan pengembangan atau fase. Setiap fase akan memiliki suatu major milestoneyang menandakan akhir dari awal dari phase selanjutnya. Setiap fase dapat berdiri dari satu beberapa iterasi. Dimensi ini terdiri atas Inception,  Elaboration,  Construction, dan Transition.
Dimensi kedua digambarkan secara vertikal. Dimensi ini mewakili aspek-aspek statis dari proses pengembangan perangkat lunak yang dikelompokkan ke dalam beberapa disiplin. Proses pengembangan perangkat lunak yang dijelaskan kedalam beberapa disiplin terdiri dari empat elemen penting, yakni who is doing, what, how dan when.
Dimensi ini terdiri atas: 
Business Modeling, Requirement, Analysis and Design, Implementation, Test, Deployment, Configuration  dan Change Manegement, Project Management, Environtment.
Pada penggunaan kedua standard tersebut diatas yang berorientasi obyek (Object Oriented) memiliki manfaat yakni:
1.      improve productivity
standard ini dapat memanfaatkan kembali komponen-komponen yang telah tersedia atau dibuat sehingga dapat meningkatkan produktifitas.
2.      Deliver hight quality system
kualitas sistem dapat informasi dapat ditingkatkan sebagai sistem yang telah dibuat pada komponen-komponen yang telah teruji (well-tested dan well-proven) sehingga dapat mempercepat delivery sistem informasi yang telah dibuat dengan kualitas yang tinggi.
3.      Lower maintenance cost
Standard ini dapat membantu untuk meyakinkan dampak perubahan yang teralokasi dan masalah dapat dengan mudah terdeteksi sehingga hasilnya biaya pemeliharaan dapat dioptimalkan atau lebih rendah dengan pengembangan informasi tanpa standar yang jelas.
4.      Facilitate reuse
Standard ini memiliki kamampuan yang mengembangkan komponen-komponen yang dapat digunakan kembali untuk pengembangan aplikasi yang lainnya.
5.      Manage complexity
Standard ini mudah untuk mengatur dan monitor semua proses dari semua tahapan yang ada sehingga suatu pengembangan sistem informasi yang amat kompleks dapat dilakukan dengan aman sesuai dengan harapan semua manager proyek IT/IS yakni deliver good quality software within cost and schedule time and the users accepted.

Fase RUP
1. Inception/insepsi
a. Menentukan Ruang lingkup proyek
b. Membuat 'Business Case'
c. Menjawab pertanyaan 'apakah yang dikerjakan dapat menciptakan 'good business sense' sehingga proyek dapat dilanjutkan

2. Elaboration/elaborasi
a. Menganalisa berbagai persyaratan dan resiko
b. Menetapkan 'Base line' 
c. Merencanakan fase berikutnya yaitu construction
3. Construction/kontruksi
a. Melakukan sederetan iterasi 
b. Pada setiap iterasi akan melibatkan prose berikut : analisa desain, implementasi dan testing
4. Transition/Transisi
a. Membuat apa yang sudah dimodelkan menjadi suatu produk jadi 
b. Dalam fase ini dilakukan:
- Beta dan performance testing
- Membuat dokumentasi tambahan seperti: training, user guide dan sales kit
- Membuat rencana peluncuran produk ke komunitas pengguna
Peran Use Case Pada Setiap Fase
  1. inception 
  • Menolong mengembangkan scope proyek 
  • Menolong menetapkan penjadwalan dan anggaran
     2. Elaboration 
  • Menolong dalam melakukan analisa resiko
  • Menolong mempersiapkan fase berikutnya yaitu konstruksi
     3. Construction 
  •  Melakukan sederetan iritasi 
  • Pada setiap iterasi akan melibatkan proses berikut: analisa desain, implementasi dan testing
     4. Transition 
  • Membuat apa yang sudah dimodelkan menjadi suatu produk jadi 
  • Dalam fasi ini dilakukan:
          a. Beta dan performance testing
          b. Membuat dokumentasi tambahan seperti: training, user guide dan sales kit
          c. Membuat rencana peluncuran produk ke komunitas pengguna
Penerapan Tahapan Metodologi Pengembangan Lunak dengan Menggunakan RUP (Contoh Kasus)
Metodologi Rational Unified Process (RUP). Metode RUP merupakan metode pengembangan kegiatan yang berorientasi  pada proses. Dalam metode ini, terdapat empat tahap pengembangan perangkat lunak yaitu:
1.      inception
Pada tahap ini pengembang mendefinisikan batasan kegiatan, melakukan analisis kebutuhan user , dan melakukan perancangan awal perangkat lunak (perancangan arsitektural dan user case). Pada akhir fase ini, prototipe perangakat lunak versi Alpha harus sudah dirilis.
2.      Elaboration
Pada tahap ini dilakukan perancangan perangkat lunak mulai dari menspesifikan fitur perangkat lunak hingga perilisan prototipe versi Betha dari perangkat lunak.
3.      Contruction
Pengimplentasian rancangan perangkat lunak yang telah dibuat dilakukan pada tahap ini. Pada akhir tahap ini, perangkat lunak versi akhir yang sudah disetujui administrator dirilis beserta dokumentasi perangkata lunak.
4.      Transition
Instalasi, deployment dan sosialisasi perangkat lunak dilakukan pada tahap ini.

3.            Metodologi Critical Chain
Critical Chain Project Management (CCPM) adalah suatu metode penjadwalan baru yang dapat menjadi suatu alternatif baru sebagai solusi dari permasalahan tersebut. Sebenarnya CCPM tidak semata-mata melakukan penjadwalan proyek seperti yang dilakukan oleh CPM / PERT tetapi juga melakukan pendekatan manajemen. Semua ini bisa ditempuh dengan cara menghilangkan multitasking, student syndrome, parkinsons law serta memberi buffer di waktu akhir proyek. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode CCPM tersebut.
Contoh penerapan metodelogi ini bisa dilihat pada proyek The Grove Apartement, Retail and Mediawalk Jakarta yang tengah berjalan. Penjadwalan awal proyek menggunakan metode penjadwalan tradisional berupa gantt chart yang kemudian dibreakdown lebih detai ldan lengkap dengan hubungan antar aktivitasnya ke dalam bentuk CPM (Critical Path Method), dan kemudian akan dibandingkan dengan hasil dari penjadwalan CCPM yang telah menghilangkan multitasking, menghilangkan safety time pada tiap aktivitas dan memberi buffer dalam pengerjaannya. Selanjutnya perhitungan dengan metode penjadwalan CPM (Critical Path Method) dan CCPM (Critical Chain Project Management) akan dibandingkan menurut segi waktu dan segi biayanya. Dari hasil penelitian ini didapatkan durasi waktu dengan menggunakan metode penjadwalan CCPM adalah 304 hari. Sedangkan pada CPM didapatkan durasi 389 hari. Dari segi biaya, CCPM mampu menghemat biaya sedikitnya 2,1 milyar rupiah. Ini berarti metode penjadwalan CCPM lebih menguntungkan untuk diterapkan di proyek ini dari pada penjadwalan CPM.
CCPM adalah metode penjadwalan dan pengendalian proyek yang dikembangkan dari sebuah metodelogi yang disebut Theory of Constraint (TOC). CCPM tampil untuk menawarkan sejumlah keuntungan atas metode penjadwalan lainnya. Indikator-indikatoryang digunakan untuk mengembangkan penjadwalan dengan metode  CCPM  adalah hubungan keterkaitan antar pekerjaan, kendala sumberdaya, waktu safety, perubahan durasidengan 50% probabilitas, Project Buffer dan, Feeding Buffer.
Pada penelitian ini penerapan metode Critical Chain Project Management dilakukan pada penjadwalan proyek PLTA Peusangan Aceh Tengah, yang sebelumnya telah memiliki penjadwalan dengan metode Critical Path. Hasil penerapan tersebut ternyata terbukti dapat mengoptimalisasi jadwal dengan waktu penyelesaian proyek yang lebih cepat 8 bulan dari waktu rencana karena dapat menghilangkan waktu tunggu dan mengendalikan waktu pengaman pada setiap pekerjaan dengan feeding buffer dan project buffer.

Gambar I.1 Freeding Buffer dan Project Buffer




Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar